Kamis, 30 Mei 2013

Aku mengangkat bahu.                                                                                                                                 "Kau tidak akan melakukan apapun."Alice berbisik menghiburnya."Aku bisa melihatnya.                                Aku coba tidak meringis agar tidak membongkar kegusaran Alice.Kami harus bekerja sama,Aku dan Alice.Ini tidak mudah,mendengar suara-suara atau melihat masa depan.Itu keanehan bagi kami yang memang sudah aneh.Kami saling menjaga rahasia. "Bisa sedikit membantu jika kau pandang mereka sebagai manusia."saran Alice,nadanya yang tinggi mengalun bagai musik,terlalu cepat untuk telinga manusia."namanya whitney.Dia memiliki adik perempuan kecil yang dia puja.Ibunya mengundang Esme dipesta kebun,kau ingat?" "Aku tau siapa dia."getutu Jasper.Dia berpaling ke salah satu jendela kecil dilangit-langit.Nada gusarnya mengakhiri pembicaraan. Dia harus berburu nanti malam.Sangat ceroboh mengambil resiko seperti ini,coba menguji kekuatanya,untuk membangun kekebalanya.Jasper sebaiknya menerima saja batasanya dan bertindak semampunya.Kebiasaan hidup lamanya tidak cocok dengan gaya hidup kami;Tidak seharusnya memaksakan diri. Alice mendesah dan berdiri_mengambil nampan makanannya_yang sekedar properti_dan berlalu sendirian.Dia tau kapan Jasper merasa cukup.Kendati Rosalie dan Emmet lebih mencolok kedekatanny,adalah Alice dan Jasper yang saling memahami.                                                                                              Edward Cullen                                                                                                                       Secara reflek aku menoleh begitu namaku dipanggil,walau tidak benar-benar diucap hanya dipikiran.            Kemudian untuk sepersekian detik mataku terpaku pada sepasang mata lebar manusia,berwarna coklat muda,pada wajah pucat menyerupai hati.Aku mengenalinya,meskipun belum melihatnya sendiri.Wajahnya hampir ada diseluruh kepala orang-orang.Si murid baru,Isabella Swan.                                                                                                                
..Perasaan terbakar yang meninju tenggorokan,hasrat lapar diperut,otot-otot yang menegang,dan liur yang menetes deras. Semua normal,biasanya mudah diatasi.Tapi sekarang,saat mengawasi Jasper,jadi lebih sulit.Godaannya dua kali lipat.Rasa haus ganda,bukan cuma dahagaku.Jasper membiarkan imajinasinya berkeliaran.Dia menggambarkanya sangat jelas__membayangkan dirinya bangkit dari samping Alice dan berdiri disamping gadis itu.Mencondongkan badannya seakan membisikkan sesuatu,lalu membiarkan bibirnya menyentuh lengkung tenggorokkannya.Membayangkan denyut nadi yang mengalir di balik kulit tipis itu terasa hangat dibibirnya.                                                                                                                           Aku menendang kursinya.Dia terkejut dan menatapku sebentar,kemudian tertunduk.Aku mendengar perasaan malu dan peperangan dikepalanya."sorry".gerutu Jasper...

midnigth sun__twiligth versi Edward(masih part 1 bag 3)

Aku lega tidak perlu menjawabnya keras-keras.Apa yang mesti kukatakan?"dengan senang hati"?jujur saja tidak begitu.Aku sangat terganggu dengan pergulatan Jasper.Apa perlu bereksperimen seperti ini?Bukannya lebih aman mengakui bahwa ia tidak akan mampu mengatasi rasa hausnya seperti kami.Dan jangan terlalu memaksanya.Mengapa harus bermain-main dengan bencana? Ini sudah dua minggu sejak terakhir berburu.Tidak terlalu sulit buat kami berempat.Agak tidak nyaman kadang-kadang__jika ada manusia berjalan terlampau dekat,atau jika angin bertiup ke arah yang salah.Tapi manusia jarang mendekat.Insting mereka memberitahu apa yang tidak dimengerti kesadaran mereka:bawa kami berbahaya.Jasper sedang sangat berbahaya saat ini. Tiba-tiba,seorang perempuan berhenti dimeja sebelah.Dia mengobrol dengan temanya.Dia menggoyang rambut pirang pendeknya,dan menelisipkan jemarinya.Pemanas ruangan meniup aromanya kearah kami.Aku telah terbiasa dengan eveknya__

Senin, 27 Mei 2013

..Ini aku tidak menoleh.Alice dan aku cukup mahir berbincang seperti ini.Jarang ada yang nemergoki.Mataku masih tetap memandangi rekahan itu. Bagaimana,apa dia masih bertahan?Tanya Alice padaku.Aku sedikit merengut,hanya perubahan kecil di sudut bibir,tidak ada artinya bagi yang lain.Mungkin dianggap expresi jemu. Alice langsung siaga.Kulihat pikirannya mengawasi Jasper lewat pengelihatannya. Apa ada bahaya?dia mencoba membaca lagi,sekilas kedepan,mencoba mencari tau sumber kegusaranku.Aku menoleh sedikit ke kiri,seakan sedang meperhatikan deretan bata di dinding,mendengus pelan,dan kembali ke kanan,pada celah di pojok.Hanya Alice yang tahu aku sedang menggeleng. Dia kembali tenang.Beritahu aku jika kondisinya memburuk.Hanya mataku yang bergerak,keatas ke langit-langit,dan kembali ke bawah. Terimakasih sudah mengawasinya...

midnigth sun__twiligth versi Edward(masih part 1)

Rosalie sedang memikirkan,seperti biasa,tentang dirinya.Dia mendapati pantulan dirinya dari kacamata seseorang,dan puas pada kesempurnaannya.Pemikiran Rosalie agak dangkal.Tidak banyak kejutan.Emmet masih menggerutu gara-gara kalah bertarung dengan Jasper tadi malam.Butuh segala kesabarannya yang pendek untuk bisa tahan hingga sekolah usai untuk mengajak Jasper tanding ulang.Aku tidak pernah terganggu dengan pikiran-pikiran Emmet,dia jarang memikirkan sesuatu tanpa diucapkan keras-keras atau langsung dikerjakan.Aku lebih merasa bersalah membaca pikiran yang lainya,karena sebetulnya ingin disembunyikan.Jika pikiran Rosalie dangkal,maka Emmet selaksa danau tak berbayang,sangat jelas. Sedang Jasper menderita...aku mesti menahan agar tidak mendesah. Edward,Alice memanggil,dan langsung menarik perhatianku,itu seperti memanggil namaku keras-keras.Aku sedikit lega namaku telah ketinggalan jaman__biasanya menjengkelkan tiap ada orang memikirkan nama Edward yang lain...otomatis menoleh

Senin, 20 Mei 2013

midnigth sun__twiligth versi Edward(BAB 1 Pandangan pertama)~1

Inilah saat dimana aku berharap bisa tidur.Sekolah.Atau penyiksaan lebih tepatnya?Seandainya ada jalan lain menebus dosa-dasaku.Kejenuhan ini selalu sulit diatasi;setiap hari terasa lebih monoton dari sebelumnya.Mungkin bagiku inilah tidur_jika didefinisikan sebagai bentuk berdiam diri disela aktifitas harian                                                                                                                                                                   Aku menatap rekahan di pojok kafetaria,membayangkan bentuk-bentuk abstrak.Itu salah cara memelankan suara-suara riuh dikepalaku.Beratus suara ini membuatku mati kebosanan.Jika menyangkut pikiran manusia,aku telah mendengar segalanya,dan lagi,hingga ratusan kali.Hari ini tercurah pada sebuah peristiwa sepele,kedatangan seorang murid pindahan.Tidak terlalu sulit menyimpulkan pikiran-pikiran itu  sekaligus.Aku telah melihat sosoknya berulang-ulang,dari pikiran ke pikiran,dari segala sudut.Cuma perempuan biasa.Kegemparan akibat kedatanganya mudah ditebak_sama seperti menunjukkan benda berkilau pada anak kecil.Setengah laki-laki  hidung belang bahkan sudah ingin bermesraan dengannya,hanya karena ia anak baru.Aku mesti lebih keras mengacuhkan mereka.hanya empat suara yang coba kuredam demi kesopanan dan bukannya tak suka:milik keluargaku,yang terbiasa tanpa privasi disekitarku hingga tak peduli lagi.Aku coba menjaga ruang pribadi mereka sebisanya.Berusaha tidak mendengarkan,kalau itu mungkin.Berupaya sekuatnya,tapi tetap saja....aku tahu